LOGIKA, SARANA BERPIKIR ILMIAH

LOGIKA SEBAGAI SARANA BERPIKIR ILMIAH adalah bagian dari topik LOGIKA DAN KESALAHAN BERPIKIR. Ia adalah lanjutan dari materi Pengantar Filsafat Ilmu (Teknologi) pada pertemuan pertama sebelumnya.

Pada Mata Kuliah Filsafat Teknologi tahun ini Topik sesuai Rencana Pembelajaran Semester (RPS) di Prodi Bisnis Digital FEB UNM adalah sebagai berikut:

FILSAFAT SAINS (TEKNOLOGI)

  1. Mengapa perlu Filsafat Sians?
  2. Logika dan Kesalahan Bepikir
  3. Prinsip dan Masalah Filsafat sains
  4. Teori Kebenaran dan Sumber Pengetahuan
  5. Epistemologi
  6. Ontologi
  7. Aksiologi dan Etika Sains
  8. AI dan Data Sains
  9. AI dan Data Sains (pseudosains)
  10. Filsafat Teknologi (Tokoh dan Studi Kasus)
  11. Don Ihde - Technology and the lifeworld
  12. Lewis Mumford - Technics & Civilization
  13. Paul Virilio - Logic & Speed
  14. Pengayaan

TOPIK 2 : Logika dan Kesalahan Bepikir

Mengapa Logika penting dalam Berpikir? Pengetahuan secara sederhana dibagi menjadi dua, yaitu pengetahuan ilmiah dan non-ilmiah. Di kampus pengetahuan ilmiah mendapat tempat yang prioritas. Dan Sarana Berpikir Ilmiah : Logika, Bahasa, Matematika dan Statistika. Pengetahuan ilmiah harus diuji secara rasional dan empiris. Sedangkan pengetahuan non-ilmiah tidak mensyaratkan pengujian secara empirik.

Pada pertemuan sebelumnya telah dibahas sekilas tentang Manusia dan Kemampuan berpikir sebagai anugerah Tuhan yang sangat luar biasa. Aristoteles, peletak dasar-dasar logika. Aristoteles menyatakan bahwa manusia adalah hewan berakal sehat, yang mengeluarkan pendapatnya, yang berbicara berdasarkan akal pikirannya (the animal that reasons). Manusia adalah hewan yang berpolitik (zoon politicon, political animal), hewan yang berfamili dan bermasyarakat, mempunyai kampung halaman dan negara.

Aristoteles mengidentifikasi sejumlah kelebihan manusia yang tidak dimiliki oleh hewan; menusia berakal, berbicara, berpolitik, berkeluarga, bermasyarakat, dan membangun peradaban.

Logika adalah istilah yang terbentuk dari kata logikos dari bahas Yunani: λογικός. Kata logikos ini berasal dari kata benda logos dalam bahasa Yunani tertulis λόγος. Logos dapat diartikan sebagai perkataan atau sabda. Definisi logikos yang dirunut dari kata logos adalah sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal atau pikiran, kata, percakapan, atau ungkapan lewat bahasa. Sementara itu, kata logikos memuat pengertian mengenai sesuatu yang diutarakan, sesuatu yang diungkapkan dan dinyatakan, mengenai suatu pertimbangan akal budi, mengenai kata, mengenai percakapan dan perbincangan yang diungkapkan lewat bahasa. 

Pada akhirnya definisi logika adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Kemudian sebagai ilmu, logika juga disebut dengan logike episteme (bahasa Yunani) atau disebut dengan logica scientia (bahasa Latin) yang berarti ilmu logika atau, saat ini lebih lazim cukup disebut dengan logika.

Secara sekilas pembagian Logika dapat disimak pada ilustrasi berikut:






Pembagian Logika menurut The Liang Gie (1980) dapat digolongkan menjadi lima macam, yaitu sebagai berikut.

1. Logika Makna Luas dan Logika Makna Sempit. Dalam arti sempit istilah tersebut dipakai searti dengan logika deduktif atau logika formal, sedangkan dalam arti lebih luas pemakaian mencakup kesimpulan-kesimpulan dari berbagai bukti dan tentang bagaimana sistem penjelasan disusun dalam ilmu alam serta meliputi pula pembagian mengenai logika itu sendiri.

2. Logika Deduktif dan Logika Induktif. Logika deduktif adalah suatu ragam logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang bersifat deduktif, yakni suatu penalaran yang menurunkan suatu kesimpulan sebagai kemestian dari pangkal pikirnya sehingga bersifat betul menurut bentuknya saja. Logika induktif merupakan suatu ragam logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang betul dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan yang bersifat boleh jadi.

3. Logika Formal dan Logika Material. Logika formal mempelajari asas, aturan atau hukum-hukum berpikir yang harus ditaati, agar orang dapat berpikir dengan benar dan mencapai kebenaran. Logika material mempelajari langsung pekerjaan akal, serta menilai hasil-hasil logika formal dan mengujinya dengan kenyataan praktis yang sesungguhnya. Logika material mempelajari sumber-sumber dan asalnya pengetahuan, alat-alat pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan, dan akhirnya merumuskan metode ilmu pengetahuan itu. Logika formal dinamakan juga logika minor, sedangkan logika material dinamakan logika mayor. Sekarang yang disebut logika formal adalah ilmu yang mengandung kumpulan kaidah cara berpikir untuk mencapai kebenaran.

4. Logika Murni dan Logika Terapan. Logika murni merupakan suatu pengetahuan mengenai asas dan aturan logika yang berlaku umum pada semua segi dan bagian dari pernyataan-pernyataan dengan tanpa mempersoalkan arti khusus dalam sesuatu cabang ilmu dari istilah yang dipakai dalam pernyataan dimaksud. Logika terapan adalah pengetahuan logika yang diterapkan dalam setiap cabang ilmu, bidang-bidang filsafat, dan juga dalam pembicaraan yang mempergunakan bahasa sehari-hari.

5. Logika Filsafati dan Logika Matematik. Logika filsafati dapat digolongkan sebagai suatu ragam atau bagian logika yang masih berhubungan sangat erat dengan pembahasan dalam bidang filsafat, seperti logika kewajiban dengan etika atau logika arti dengan metafisika. Adapun logika matematik merupakan suatu ragam logika yang menelaah penalaran yang benar dengan menggunakan metode matematik serta bentuk lambang yang khusus dan cermat untuk menghindarkan makna ganda atau kekaburan yang terdapat dalam bahasa biasa. (The Liang Gie, Suhartoyo Haradjosatoto dan Endang Daruni Asdi, 1980, hlm. 35-46)
Dalam Buku Dimitri Mahayana. Filsafat Sains, dari Newton, einstein hingga Data sains dikemukan 3 jenis penalaran yaitu Penalaran 
  1. Deduktif, 
  2. Induktif, dan 
  3. Abduktif.
Penalaran deduktif atau deductive reasoning adalah sebuah proses menarik kesimpulan dari sebuah premis umum untuk membuat sebuah kesimpulan khusus yang logis. Hal ini sering juga disebut sebagai “top-down reasoning” dan tentunya sangat diperlukan di tempat kerja agar membantumu dalam membuat keputusan yang tepat.  

Penalaran deduktif adalah proses pembuktian suatu kesimpulan dari satu atau beberapa pernyataan. Kesimpulan yang terbukti benar berdasarkan penalaran deduktif disebut teorema. Penalaran deduktif adalah penalaran dari suatu fakta yang umum ke fakta yang spesifik. Dengan kata lain, Hanya dipergunakan di Universitas Indonesia penalaran deduktif mencapai suatu kesimpulan spesifik berdasarkan suatu hal yang umum. Penalaran deduktif biasa digunakan untuk membuktikan suatu pernyataan, baik berupa teorema matematika, argumen legal, atau teori saintifik. Penalaran deduktif membawa pada suatu pernyataan yang benar, diberikan premis‐premis bernilai benar.

Contoh dari deductive reasoning di tempat kerja adalah sebagai berikut:Salah satu pendapatan terbesar perusahaan berasal dari konsumen yang tinggal di kota A. Berdasarkan hal tersebut, maka alokasi budget marketing di kota A bisa dinaikkan untuk meningkatkan revenue. Beberapa konsumen tidak puas dengan pelayanan perusahaan karena tidak mendapatkan arahan yang jelas. Agar konsumen tidak kecewa, maka pemberian arahan ke konsumen harus lebih mudah dimengerti.Banyak orang yang belum mengenal brand kamu. Maka untuk meningkatkan awareness, presence di media sosial harus lebih gencar lagi dengan mengadakan event atau membuat banyak post.

Penalaran induktif atau inductive reasoning adalah pendekatan untuk berpikir logis dengan membuat pernyataan umum dari hal-hal spesifik yang terjadi sebelumnya. Argumen yang mendasarkan kesimpulannya kemungkinan mengikuti premis-premis (probably follows from the premisses). Penalaran induktif adalah tipe penalaran yang berawal dari sekumpulan contoh fakta spesifik menuju kesimpulan umum. Penalaran ini menggunakan premis dari objek yang diuji untuk menghasilkan kesimpulan tentang objek yang belum diuji. Tipe Penalaran Induktif diantaranya Generalisasi induktif. Contoh selama 6 tahun, perusahaan tempatmu bekerja selalu mencapai tingkat penjualan tertinggi di bulan Juli. Berdasarkan informasi tersebut, kamu pun bisa menyarankan untuk meningkatkan produksi sebelum memasuki bulan Juli nanti. Induksi statistik. Contoh : 85% penjualan bulan lalu berasal dari e-commerce. HIJ adalah situs e-commerce dengan angka penjualan terbesar di antara lainnya. Berarti penjualan besar paling sering terjadi di HIJ. Jadi Penalaran induktif adalah suatu proses mencapai kesimpulan umum berdasarkan dari observasi contoh‐contoh khusus.




Sumber: Penalaran Logika, Kiki Sugeng

Penalaran abduktif (dikenal dengan sebutan penalaran abduksi atau dalam bahasa Latin "abduction") adalah proses mempelajari suatu peristiwa atau fenomena untuk menghasilkan hipotesis penjelasan yang mungkin.Abad ke-18 seorang pemikir pragmatis Charles Sander Pierce (1893) asal Amerika menemukan sebuah pemikiran penalaran baru yang diberi nama abduksi. Pemikiran yang konon sesungguhnya bagian dari pemikiran Aristoteles yang dikenal dengan sebutan "apagoge". Berbeda dengan penalaran deduktif, penalaran abduktf menghasilkan kesimpulan yang masuk akal tetapi tidak memverifikasinya secara positif. Kesimpulan abduktif dengan demikian memenuhi syarat sebagai memiliki sisa ketidakpastian atau keraguan, yang dinyatakan dalam istilah mundur seperti "terbaik tersedia" atau "paling mungkin" Seseorang dapat memahami penalaran abduktif sebagai kesimpulan untuk penjelasan terbaik meskipun tidak semua penggunaan istilah tersebut sama persis. (wikipedia)

Sistematisasi logika dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, tergantung sudut pandang meninjaunya. Pertama, dari segi obyeknya. Pada bagian ini logika dapat dibedakan menjadi dua, (1) logika formal (2) logika material.

Logika formal mempelajari asas, aturan, atau hukum-hukum berpikir yang harus ditaati, sehingga orang dapat berpikir dengan benar dan dapat mencapai kebenaran. Sedangkan, Logika material mempelajari kerja akal dan menilai hasil kerja logika formal dan mengujinya dengan kenyataan praktis.

Pada sesi kali ini kita akan membahas Logika Formal.

Istilah-istilah dalam Logika Formal
  1. Pernyataan
  2. Negasi dari Suatu Pernyataan
  3. Pernyataan Majemuk
  4. Negasi dari Pernyataan Majemuk
  5. Kontrapositif, Konvers, dan Invers dari Suatu Pernyataan Bersyarat
  6. Pernyataan Terkuantifikasi
  7. Argumen Deduktif ( Modus Ponens, Modus Tollens, Silogisme)
Perhatikan definisi Teori menurut Kerlinger (1973), teori sebagai” seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang menyajikan gambaran sistematik tentang suatu fenomena beserta hubungan di antara variabel- variabelnya, dengan tujuan memberi penjelasan atau memprediksi tentang fenomena tersebut
1. Proposisi / Pernyataan
Logika didasarkan pada pada hubungan antara kalimat atau pernyataan (statements). Proposisi adalah kalimat/pernyataan yang bernilai benar atau salah. Sebuah pernyataan adalah sebuah kalimat yang benar atau salah, tapi tidak keduanya.

Contoh Pernyataan
  • Ibukota Indonesia adalah Jakarta. (benar)
  • Kota hujan adalah julukan untuk Makassar.(salah)

Contoh bukan pernyataan
  • Mengapa Malaysia dapat mengalahkan Indonesia 3-0 dalam leg pertama final AFF tahun 2010?
  • Tolong jangan ribut selama perkuliahan berlangsung!
Perhatikan pernyataan di bawah ini adalah manakah yang termasuk proposisi:
a). 13 adalah bilangan ganjil
b). Soekarno adalah presiden ketiga Indonesia
c). 1 + 1 = 2
d). 8 > 7 atau 7 > 8
e). Ada monyet di bulan
f). Hari ini adalah hari Rabu
g). Untuk sembarang bilangan bulat n >= 0, maka 2n adalah bilangan genap
h). x + y = y + x untuk setiap x dan y bilangan riil
i). Apakah John Wick diperankan oleh Keeanu Reeves?
j). x + 3 = 8
k). Tolong tutup pintu !

Proposisi umumnya dilambangkan dengan huruf kecil p, q, r, ….
Contoh:
p : 13 adalah bilangan prima.
q : Soekarno adalah Presiden Pertam Indonesia.
r : 2 + 3 = 5

2. Negasi dari pernyataan
Pernyataan asli  : P
Negasi dari pernyataan : “tidak” P (dinotasikan (~P))

P dan ~P memiliki nilai kebenaran yang berlawanan.
• Apabila P benar maka ~P salah.
• Apabila P salah maka ~P benar.

3. Pernyataan Majemuk
Pernyataan majemuk adalah kombinasi dari pernyataan sederhana. Pernyataan sederhana tersebut dihubungkan melalui penghubung logika (logical connector), yaitu “dan”, “atau”, dan “jika‐maka”.

Pernyataan majemuk memiliki lebih dari satu pernyataan dalam satu kalimat. Di antara satu pernyataan dengan pernyataan lainnya dibutuhkan kata penghubung. Kata penghubung pada pernyataan majemuk di dalam logika matematika ini ada beberapa jenis, yaitu: negasi, disjungsi, konjungsi, implikasi, dan biimplikasi. Tentu dalam bahasa pemrograman juga ada ada penghubungnya.

Berikut penjelasan dari masing-masing kata penghubung pada pernyataan majemuk, yaitu:
  • Negasi atau penyangkalan (~) atau -)
  • Negasi merupakan kebalikan atau lawan dari suatu pernyataan. Jika diketahui pernyataan p, maka negeasinya adalah ~p dan sebaliknya.
Misalkan, p dan q adalah pernyataan sederhana.

Konjungsi (^)
Konjungsi adalah kata penghubung yang menggunakan kata “dan”, disimbolkan dengan ^. Nilai kebenaran pada konjungsi yaitu: jika p dan q merupakan dua pernyataan. Maka p^q bernilai benar jika p dan q keduanya bernilai benar, sebaliknya p^q bernilai salah, jika salah satu dari p atau q bernilai salah atau keduanya bernilai salah.

Contoh : Nilai kebenaran dari “2 adalah bilangan prima dan 3 adalah bilangan ganjil”

Jawab :
Pernyataan p = 2 adalah bilangan prima (BENAR)
Pernyataan q = 3 adalah bilangan ganjil (BENAR)
Karena p dan q bernilai BENAR, maka pernyataan p^q bernilai BENAR.

Disjungsi
Suatu pernyataan p dan q dapat digabungkan dengan menggunakan kata hubung ‘atau’ sehingga membentuk pernyataan majemuk ‘p atau q’ yang disebut disjungsi yang dilambangkan dengan “p ∨ q”. Berikut adalah simbol dan tabel kebenaran disjungsi.

Implikasi (⟹)
Implikasi bisa dipandang sebagai hubungan antara dua pernyataan di mana pernyataan kedua merupakan konsekuensi logis dari pernyataan pertama. Implikasi ditandai dengan notasi ‘⟹’. Misalkan p, q adalah pernyataan, implikasi berikut: 
p ⟹ q   (p: anteseden, q:akibat)
dibaca ‘jika p maka q’. Berikut adalah simbol dan tabel kebenaran implikasi.

p q p⇒q
B B B
B S S
S B B
S S B

4. Negasi dari pernyataan majemuk


5. Kontrapositif, Konvers, dan Invers dari Suatu Pernyataan Bersyarat


6. Pernyataan Terkuantifikasi


7. Argumen Deduktif ( Modus Ponens, Modus Tollens, Silogisme)
Tiga bentuk pemikiran deduktif yang valid:
    p,q pernyataan
1. penalaran langsung (Modus Ponens)
    Apabila pernyataan “Jika p, maka q” benar, dan p benar, maka q benar.
2. penalaran tidak langsung (Modus Tollens)
    Apabila pernyataan “Jika p, maka q” benar dan q salah, maka p salah.
3. silogisme
    Apabila pernyataan “Jika p, maka q” benar, dan “Jika q, maka r” benar, maka “Jika p, maka r” benar.


Perhatikan perbandingan 3 bentuk penalaran


Hubungan antara dunia nyata dengan proses berpikir dalam riset dan pengembangan teori.


To be to.... Fallacy in Logic.


Diramu dari berbagai sumber oleh tim alamyin.com