Human Capital dan Pertumbuhan Ekonomi. Enam puluh tujuh tahun Indonesia telah merdeka, namun kemajuannya tidak seperti negara-negara yang baru merdeka seperti Malaysia, bahkan dahulu warga Malaysia banyak belajar di Indonesia, Namun sekarang Indonesia harus mengimpor tenaga ahli dari Malaysia. Mengapa Malaysia bisa lebih maju daripada Indonesia. Dahulu Indonesia mengekspor tenaga pengajar (ahli) ke Malaysia sekarang kebalikannya, bahkan dimata Bangsa Malaysia orang-orang Indonesia digelari "Indon" atau "bangsa babu" :(. Kita pun bertanya-tanya, Kenapa ?? Adakah yang salah dengan strategi pembangunan Indonesia ?.
Source : http://www.hcdexperts.com/images/human-capital-chart |
Banyak kalangan, khususnya ekonom menilai ada kesalahan dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Sejak awal kelompok Mafia Berkeley memegang kendali yang dominan dalam penentuan strategi pembangunan ekonomi bangsa. Kita sama-sama ketahui "Strategi memperbesar Kue Nasional" atau meningkatkan Produk Domestik Bruto. Dengan kata lain, fokus pada pengembangan ekonomi makro. Namun bangsa kita lalai dalam pembenahan skala mikro, skala Human Capital (Sumber daya manusia). Dan kini, fenomena tersebut berulang. Pertumbuhan ekonomi tumbuh setiap tahun, namun tingkat kemiskinan juga merangkak ke atas.
Dengan peningkatan PDB dari tahun ke tahun, dan sumber daya alam yang melimpah, Indonesiapun dimasukkan dalam lingkaran G20. Bergaul dan berinteraksi intens dengan negara-negara maju. Namun belum juga maju apalagi mendekati mandiri. Sangat kontra dengan Iran. Walaupun di Embargo oleh negara-negara maju tetap dapat menunjukkan eksistensi dan kemandiriannya di pentas global.
Pembangunan ekonomi Indonesia bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan stabilitas. Indikator pertumbuhan ekonomi penting diketahui dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi suatu negara, karena dapat memberikan gambaran secara makro atas kebijakan pemerintah yang telah dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan seberapa besar aktivitas perekonomian mampu menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu kurun waktu tertentu, karena pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi oleh berbagai sektor ekonomi untuk menghasilkan output. Agar pertumbuhan ekonomi meningkat dan dapat dipertahankan dalam jangka panjang maka perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Secara umum pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor ekonomi seperti sumber daya alam, sumber daya manusia, modal, teknologi dan lainlain, serta faktor non ekonomi seperti lembaga sosial, keadaan politik dan nilai-nilai kultural suatu bangsa yang mendukung berlangsungnya proses pertumbuhan ekonomi yang umumnya dilihat melalui total Produk Domestik Bruto (PDB).
Kotler (1997) menyatakan bahwa perekonomian suatu bangsa dipengaruhi oleh potensi ekonomis yang dimiliki negara mencakup sumber daya alam, jumlah penduduk, human capital, modal fisik, teknologi dan infrastruktur. Kekurangan kekurangannya dapat dipenuhi dengan impor yang dapat dibayar dengan ekspor produk-produk lain atau pinjaman luar negeri.
Human Capital (HC) berkontribusi langsung pada penciptaan kekayaan nasional. Semakin tinggi rata-rata tingkat keterampilan dan pengetahuan, semakin mudah bagi individu dalam usia kerja untuk memahami, menerapkan dan mendapatkan hasil dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang akhirnya meningkatkan standar hidup bangsa. Studi yang dilakukan Dale Jorgenson et al. (1987) pada ekonomi Amerika Serikat dengan rentang waktu 1948-1979 menunjukkan bahwa 46 persen pertumbuhan ekonomi disebabkan pembentukan modal (capital formation), 31 persen disebabkan pertumbuhan tenaga kerja dan modal manusia serta 24 persen disebabkan kemajuan teknologi.
Tjiptoherijanto (1994) menyatakan modal dasar yang digunakan ekonom untuk menjelaskan PDB atau Gross Domestik Product (GDP) dalam bentuk fungsi produksi di mana output GDP merupakan fungsi dari dua input utama yaitu tenaga kerja dan modal. Penelitian di Amerika Serikat (AS) menunjukkan bahwa perubahan GNP bukan semata-mata oleh adanya perkembangan tenaga kerja dan modal, akan tetapi dari faktor residual, yakni peningkatan kualitas sumber daya manusia dari faktor produksi. Dimana peningkatan tersbut dapat dicapai dengan riset dan pengambangan.
Jika dilihat dari besarnya investasi di bidang riset dan pengembangan, kondisi Indonesia tidak lebih baik dibanding China dan Singapura. Anggaran untuk riset dan pengembangan Indonesia jauh lebih kecil. Demikian juga dari besarnya investasi pendidikan yang dilakukan di luar negeri. Singapura, yang berpenduduk tidak sampai setengah penduduk Jakarta, mengirim mahasiswa ke AS hampir setengah jumlah mahasiswa Indonesia di AS.
Kualitas faktor produksi sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan kesehatan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dan kesehatan merupakan dua hal penting untuk meningkatkan stok human capital selain pengembangan teknologi dan penelitian. Sumber kemajuan ekonomi berasal dari peningkatan produktivitas manusia (lebih sehat, terampil, terdidik, bermotivasi bekerja), mesin baru yang lebih produktif, organisasi produksi (penemuan, keringanan pajak, subsidi BBM dan listrik) dan efisiensi kerja (kesehatan buruh, kursus-kursus atau training dan sistem pendidikan yang lebih baik).
Fergus (1995) menyatakan bahwa konsep pengembangan sumber daya manusia menurut pemikiran klasik didasarkan pada hubungan kesetaraan antara manusia dalam hal ini tenaga kerja dengan sejumlah faktor produksi lain seperti tanah, material dan mesin-mesin. Pengeluaran pemerintah (government expenditure) dapat mempengaruhi aktivitas ekonomi pada umumnya. Belanja modal dalam bidang pendidikan dan kesehatan sangat penting. Selain itu, belanja pemerintah untuk penyediaan sarana dan prasarana akan mendorong pertumbuhan ekonomi, sepanjang perekonomian belum mencapai tingkat kesempatan kerja penuh (full employment).
Studi-studi mengenai investasi dalam HC penting dilakukan di Indonesia, mengingat jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) yang besar. SDM terdiri dari tenaga kerja terampil dan terdidik serta tenaga kerja yang kurang terampil (tidak tamat SD). Dengan mengintroduksi pengalaman negara-negara yang telah mencapai kemajuan disebabkan pengembangan sumber daya manusia.
Human capital sebagaimana yang diinternalisasi dalam model teori neo-klasik dan teori pertumbuhan baru. Neo-klasik menekankan tenaga kerja dan modal sedangkan teori pertumbuhan baru menekankan pada investasi dalam pengetahuan, teori ini menguji peran investasi dalam modal fisik, modal manusia dalam menentukan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Poin pentingnya adalah jika negara alfa dalam pengembangan Human Capital maka inisiasi dan aksi langsung mestinya tetap dilakukan oleh siapa saja, individu, komunitas atau masyarakat.
(nb: Background proposal Alamyin Penelitian yang telah dimodifikasi)